Rabu, 25 Juni 2025

Bayi Tabung - Pengertian, Faktor Keberhasilan, & Risikonya

 In vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung adalah salah satu solusi medis bagi pasangan yang sulit memiliki anak. Meski demikian, perlu dipahami bahwa menjalani bayi tabung sebenarnya memerlukan persiapan matang serta proses yang panjang.

Kehadiran prosedur bayi tabung ini membuka kembali harapan bagi setiap pasangan yang memiliki masalah infertilitas dan sangat menginginkan lahirnya buah hati di tengah-tengah keluarga mereka. Ketahui informasi lebih lanjut mengenai prosedur bayi tabung melalui ulasan di bawah ini.


 Apa itu Bayi Tabung?

 Bayi tabung yang disebut juga dengan in vitro fertilization atau IVF adalah salah satu penanganan masalah infertilitas pada pasangan yang ingin memiliki anak. Bayi tabung dilakukan dengan mempertemukan sel sperma dan sel telur (pembuahan) di luar tubuh.

Singkatnya, setelah sel telur berhasil dibuahi oleh sperma di luar tubuh dan menjadi embrio, maka embrio tersebut akan dipindahkan ke dalam rahim wanita. Jika embrio sudah menempel di dinding rahim, maka janin akan tumbuh dan dilahirkan 9 bulan kemudian seperti kehamilan pada umumnya.

Siapa yang Memerlukan Bayi Tabung?

Bayi tabung sering kali direkomendasikan sebagai salah satu solusi masalah infertilitas pada wanita yang sudah berusia di atas 40 tahun. Namun selain faktor usia, bayi tabung biasanya juga menjadi solusi bagi pasangan yang sulit memiliki anak karena kondisi medis tertentu, seperti:

  • Kerusakan atau penyumbatan tuba falopi yang menyebabkan sel telur sulit dibuahi atau embrio kesulitan melakukan perjalanan ke rahim.
  • Gangguan ovulasi yang menyebabkan sedikitnya jumlah sel telur yang tersedia untuk dibuahi.
  • Endometriosis, kondisi ketika endometrium tumbuh di luar rahim sehingga memengaruhi fungsi ovarium, rahim, dan tuba falopi.
  • Kondisi rahim yang abnormal dan menyebabkan infertilitas.
  • Fibroid rahim, yaitu tumor jinak di dalam rahim yang dapat mempersulit implantasi embrio dalam rahim.
  • Memiliki riwayat keguguran sebanyak 2 kali atau lebih.
  • Telah menjalani sterilisasi atau pengangkatan tuba sebelumnya.
  • Mengidap gangguan hormon akibat sindrom polikistik ovarium (PCOS).
  • Masalah antibodi antisperma yang menghambat proses fertilisasi.
  • Gangguan sistem reproduksi atau fungsi sperma, seperti kualitas sperma yang buruk, gerakan sperma lemah, serta kelainan bentuk dan ukuran sperma.
  • Menderita kelainan genetik, sehingga melalui prosedur bayi tabung dapat dilakukan identifikasi pada janin sebelum dimasukkan ke rahim.
  • Masalah infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya.
  • Pernah melakukan program fertilisasi lainnya, seperti inseminasi, namun masih gagal.

Keinginan untuk menjalani preservasi kesuburan karena mengidap penyakit kanker atau kondisi kesehatan lainnya, dan menerima terapi radiasi atau kemoterapi yang berpotensi merusak kesuburan. Dalam hal ini, seorang wanita bisa mengambil sel telurnya dan membekukannya tanpa dibuahi untuk digunakan di kemudian hari. Sel telur tersebut juga bisa dibuahi dan dibekukan sebagai embrio untuk digunakan di masa mendatang.

Sementara itu, beberapa kondisi medis yang menyebabkan seorang wanita tidak direkomendasikan menjalani bayi tabung adalah sebagai berikut:

  • Hipertensi pulmonal.
  • Sindrom Marfan.
  • Koarktasio aorta.
  • Gagal jantung stadium lanjut.
  • Sindrom Eisenmenger.
  • Prosedur Bayi Tabung

Sebelum menjalani prosedur bayi tabung, dokter akan memastikan bahwa kedua pasangan dalam kondisi yang prima. Namun tidak hanya kesiapan fisik, setiap pasangan juga harus memiliki kesiapan secara mental.

Adapun lima tahap utama yang perlu dijalani dalam prosedur bayi tabung adalah sebagai berikut:

  1. Induksi ovulasi dengan pemberian obat-obatan dan hormon sintetis.
  2. Pengambilan sel sperma.
  3. Proses pembuahan sel telur dan sel sperma dalam alat inkubator.
  4. Pemilihan embrio yang sehat dan layak.
  5. Pemindahan embrio yang terpilih ke dalam rahim.

Jika masih terdapat sisa embrio yang berkualitas baik lainnya, maka embrio tersebut dapat dibekukan kembali supaya dapat digunakan jika program bayi tabung yang dijalani gagal.

Setelah menjalani pemindahan embrio ke dalam rahim, pasien bisa kembali melakukan aktivitas normal namun disarankan untuk tetap menghindari gerakan atau aktivitas berat agar tidak kelelahan. Hasil pemindahan embrio akan terlihat dalam 6–10 hari setelahnya. Bila bayi tabung berhasil dan pasien dinyatakan hamil, maka selanjutnya pasien perlu melakukan perawatan antenatal.


 Faktor Keberhasilan Bayi Tabung

 Beberapa faktor yang dapat mendukung keberhasilan bayi tabung adalah sebagai berikut:

  1. Usia ibu, peluang kehamilan bayi tabung jauh lebih tinggi pada wanita di bawah usia 35 tahun.
  2. Riwayat reproduksi, tingkat keberhasilan bayi tabung lebih rendah bagi wanita yang sudah menjalani IVF beberapa kali namun gagal.
  3. Kuantitas dan kualitas sel sperma.
  4. Latar belakang yang mendasari permasalahan infertilitas.
  5. Kualitas sel telur, memiliki sel telur yang sehat dan berkualitas akan meningkatkan peluang untuk bisa hamil melalui bayi tabung.
  6. Respon ovarium dalam memproduksi sel telur.
  7. Gaya hidup. Merokok, obesitas, konsumsi alkohol dan kafein, serta penggunaan obat-obatan tertentu dapat menurunkan peluang hamil dan memiliki bayi.


Risiko Bayi Tabung

 Adapun sejumlah risiko komplikasi kesehatan yang bisa terjadi saat menjalani bayi tabung adalah sebagai berikut:

  1. Kehamilan ektopik.
  2. Keguguran.
  3. Kehamilan kembar.
  4. Masalah mental.
  5. Kelainan kromosom pada bayi.
  6. Kelahiran prematur.
  7. Kelahiran dengan BBLR (berat badan lahir rendah).
  8. Sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) karena suntikan hormon kesuburan untuk menstimulasi ovulasi
  9. Hot flushes dan sakit kepala akibat efek samping obat-obatan selama perawatan.
  10. Stres, sebagai akibat dari terkurasnya tenaga, mental, waktu, dan uang.


 Tips Meningkatkan Keberhasilan Bayi Tabung :

Terlepas dari sejumlah risikonya, proses bayi tabung sebetulnya tetap bisa berhasil. Adapun beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendukung keberhasilan bayi tabung, antara lain:Menanam lebih dari satu embrio.

  1. Menghindari stres dan kelelahan.
  2. Menerapkan gaya hidup sehat.
  3. Berolahraga ringan.
  4. Menjaga asupan vitamin dan suplemen.


    Itulah penjelasan seputar bayi tabung yang penting untuk diketahui. Apabila Anda dan pasangan berencana untuk menjalani program bayi tabung, segera kunjungi Siloam Hospitals terdekat untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan terkait. Anda dan pasangan pun dapat menggunakan paket Bayi Tabung (IVF) dari Siloam Hospitals yang terbagi menjadi tiga tahap.


Bersumber dari : https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-bayi-tabung

Hipertensi dalam Kehamilan, Ketahui Penyebab dan Cara Menanganinya

Hipertensi dalam kehamilan bisa membahayakan ibu hamil dan janin. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui apa saja penyebab hipertensi dalam kehamilan agar kondisi ini dapat dicegah dan ditangani dengan tepat.

Hipertensi dalam kehamilan merupakan kondisi ketika tekanan darah ibu hamil berada di atas angka 140/90 mmHg. Diperkirakan sekitar 8–10% ibu hamil di seluruh dunia mengalami hipertensi dalam kehamilan. Kondisi ini biasanya muncul saat usia kehamilan sekitar 20 minggu, tetapi bisa juga muncul lebih awal.

Berbagai Penyebab Hipertensi dalam Kehamilan

Tingginya tekanan darah selama kehamilan bisa disebabkan oleh berbagai kondisi. Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Hipertensi kronis

Hipertensi kronis merupakan tekanan darah tinggi yang sudah terjadi sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan memasuki 20 minggu. Kondisi ini sering kali tidak bergejala, sehingga banyak ibu hamil yang tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi kronis.

Hipertensi kronis pada ibu hamil biasanya baru terdeteksi ketika ibu hamil menjalani pemeriksaan kandungan.

2. Hipertensi kronis dengan preeklamsia

Jika hipertensi kronis tidak ditangani dengan baik, ibu hamil dapat mengalami preeklamsia. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah tinggi yang disertai adanya protein dalam urine.

Hipertensi kronis dengan preeklamsia ini biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan.

3. Hipertensi gestasional

Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan darah yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Peningkatan tekanan darah ini umumnya tidak disertai dengan adanya protein dalam urine atau kerusakan organ tubuh.

Pada ibu hamil yang mengalami kondisi ini, tekanan darah biasanya dapat kembali normal setelah merlahirkan.

4. Preeklamsia

Hipertensi dalam kehamilan yang tidak terkontrol dengan baik bisa berkembang menjadi preeklamsia. Selain adanya protein dalam urine, preeklamsia juga dapat disertai dengan kerusakan beberapa organ, seperti ginjal, hati, paru-paru, retina mata, atau otak.

Preeklamsia biasanya menyebabkan ibu hamil mengalami gejala sebagai berikut:

  • Sakit kepala parah yang sering kambuh
  • Bengkak pada wajah dan tangan
  • Mual atau muntah
  • Sesak napas
  • Penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan mendadak yang terjadi sementara
  • Nyeri perut, terutama di sisi kanan atas
  • Buang air kecil lebih sedikit atau tidak buang air kecil sama sekali

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil untuk mengalami preeklamsia, antara lain:

  • Kehamilan pertama
  • Usia lebih dari 40 tahun
  • Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
  • Riwayat keluarga dengan preeklamsia
  • Hamil lebih dari satu janin atau hamil kembar, baik kembar 2 atau lebih
  • Obesitas
  • Riwayat diabetes, penyakit ginjal, lupus, atau rheumatoid arthritis

Meskipun jarang terjadi, preeklamsia juga dapat dialami wanita setelah melahirkan atau disebut juga preeklamsia postpartum.

5. Eklamsia

Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia yang tidak terkontrol atau tidak tertangani dengan baik. Eklamsia merupakan jenis hipertensi dalam kehamilan yang paling parah. Selain tekanan darah tinggi, ibu hamil dengan kondisi ini juga mengalami kejang, bahkan bisa sampai koma.

Berbagai Bahaya Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan yang tidak ditangani dengan baik tidak hanya membahayakan ibu hamil, tetapi juga janin. Berikut ini adalah berbagai dampak hipertensi dalam kehamilan yang perlu diwaspadai:

Pertumbuhan janin terhambat

Saat aliran darah ke plasenta berkurang, janin tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan berat badan lahir rendah.

Kelahiran prematur                                                                               

Jika kondisi hipertensi dalam kehamilan semakin memburuk, dokter akan menyarankan kelahiran bayi secara prematur dengan jalan induksi atau operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk mencegah eklamsia dan komplikasi lainnya.

Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum proses persalinan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan plasenta dan perdarahan hebat.

Penyakit kardiovaskular

Preeklamsia dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular setelah melahirkan, seperti penyakit jantung dan stroke. Risiko ini akan lebih tinggi jika ibu melahirkan secara prematur. Namun, risiko ini dapat dikurangi dengan pengobatan rutin dan gaya hidup sehat.

Selain itu, hipertensi dalam kehamilan yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh, seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati. Dalam kasus yang parah, kondisi ini juga dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.

Cara Menangani Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan merupakan kondisi yang harus terus mendapat pemantauan dari dokter. Oleh karena itu, penting bagi setiap ibu hamil untuk rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan sesuai jadwal.

Untuk menangani kondisi hipertensi dalam kehamilan, dokter akan memberikan obat penurun tekanan darah. Obat yang dipilih dokter umumnya sudah disesuaikan dengan kondisi kehamilan agar tidak berdampak pada janin.

Saat mendapatkan pengobatan hipertensi dari dokter, ingatlah untuk mengonsumsi obat tersebut sesuai dosis dan petunjuk dokter. Jangan berhenti mengonsumsi atau mengganti dosis tanpa pengawasan dari dokter.

Bumil juga dianjurkan untuk berolahraga secara rutin, mengonsumsi makanan bergiziminum jus penurun darah tinggi, istirahat cukup, dan mengelola stres dengan baik. Selain itu, hindari pula merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.

Agar berbagai dampak hipertensi dalam kehamilan dapat dicegah, penting bagi Bumil untuk rutin menjalani pemeriksaan ke dokter. Dengan begitu, kondisi kesehatan Bumil dan janin bisa terus terpantau.

Bersumber dari : https://www.alodokter.com/waspadai-hipertensi-kehamilan-dari-sekarang

Kenali Ciri-Ciri Asam Urat, Penyebab, dan Pengobatannya. Sering Tidak Disadari!

 



Asam urat merupakan penyakit yang bisa diderita oleh semua orang dari semua kelompok usia. Bahkan anak muda di usia 20-an tahun juga bisa menderita asam urat.

Sayangnya, banyak orang yang mengabaikan bahaya penyakit ini, sehingga baru ketahuan saat gejalanya sudah semakin memburuk atau pada tahap parah.

Biasanya, nyeri karena asam urat kerap muncul di sekitar kaki dan lutut.

Lalu, apa saja gejala asam urat lainnya? Yuk, simak paparan lengkap berikut ini!

Apa Itu Asam Urat?

Asam urat atau gout arthritis adalah peradangan atau nyeri pada sendi (arthritis) yang disebabkan adanya penumpukan kristal. Kristal tersebut adalah monosodium urate yang mengendap di sekitar sendi, sehingga timbul rasa sakit. Ini terjadi karena tingginya kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia).

Penyebab Asam Urat

Pada prinsipnya, kadar asam urat yang tinggi berasal dari purin. Kadar purin yang tinggi bisa didapat dari beberapa makanan dan minuman berikut:

  • Akohol
  • Daging domba
  • Bacon
  • Dagin merah
  • Makanan laut (udang, ikan sarden, lobster, dan lain-lain)

 

Selain makanan, ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya asam urat. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Faktor genetik
  • Komplikasi diabetes
  • Komplikasi akibat batu ginjal
  • Komplikasi penyakit lainnya

 

Ciri-Ciri Asam Urat yang Jarang Disadari

Banyak orang yang tidak menyadari gejala asam urat karena sulit untuk dideteksi jika tidak ada pemeriksaan dari dokter sebelumnya. 

Sebelum bertambah parah, yuk ketahui ciri-ciri atau gejala asam urat harus Anda kenali!

1. Rasa Nyeri di Jempol Kaki

Asam urat umumnya menimbulkan gejala rasa sakit di dekat jempol kaki. Penyebabnya sangatlah tidak jelas, bisa jadi dari makanan yang dikonsumsi, penyakit bawaan, atau metabolisme yang tidak seimbang. 

Asam urat cukup sensitif terhadap perubahan suhu. Inilah alasan mengapa kristal asam urat yang tidak dapat dipecah dan menumpuk itu berkumpul di jempol kaki, karena suhu yang dingin dan jauh dari jantung. Kristal tersebut mengendap dan membengkak seiring waktu tanpa Anda sadari. 

2. Nyeri pada Pergelangan Tangan Kaki dan Lutut, serta Siku


Ilustrasi asam urat di lutut (sumber: Freepik.com)

Selain jempol kaki menjadi tempat bermuara asam urat, pembengkakan dan rasa nyeri dapat terjadi di sekitar pergelangan tangan dan kaki, lutut, serta siku. Perlu diketahui bahwa asam urat dapat menyerang pada sekitar sendi. 

Nyeri sendi karena asam urat umumnya terjadi di sekitar lutut, namun tidak menutup kemungkinan untuk menyebar di persendian lainnya. Gejala nyeri bisa hampir serupa dengan rheumatoid arthritis (RA). 

Untuk mengetahui apakah hanya nyeri sendi biasa, atau gejala asam urat, periksakan ke dokter ya!

Baca juga: Penyebab Nyeri Sendi, Gejala, dan Pengobatannya

3. Terasa Sakit dan Nyeri pada Malam Hari

Salah satu ciri asam urat yang perlu Sahabat MIKA sadari adalah rasa nyeri di malam hari. Terdapat beragam faktor yang membuat kaki atau pergelangan tangan Anda sakit:

a. Perubahan suhu yang lebih rendah pada malam hari, sehingga mendorong asam urat untuk membentuk kristal yang menimbulkan rasa sakit. 

b. Faktor karbon dioksida yang tidak dikeluarkan secara ekstra selama tidur dapat meningkatkan tingkat keasaman darah. Alhasil memicu produksi asam urat. 

c. Faktor sleep apnea yang diderita oleh Anda. Menurut Arthritis Research and Therapy, penderita sleep apnea berpotensi 1,86 kali untuk memiliki asam urat. Namun, bisa didukung oleh faktor lain, seperti usia yang lebih tua, jenis kelamin laki-laki, indeks masa tubuh (BMI) memasuki level obesitas. 

4. Nyeri Tiba-Tiba Datang dan Pergi Kapan saja

Di samping rasa nyeri yang sering terjadi di malam hari, asam urat membuat Anda menjadi terganggu saat tidur malam. Anda sering terbangun dengan rasa sakit yang hebat. Kemudian, Anda tidak bisa merasakan rasa nyeri asam urat dalam waktu yang cukup lama, sehingga Anda menganggapnya seperti tidak terjadi apa-apa. 

Banyak pasien asam urat yang mengeluhkan rasa sakit yang semakin parah karena mengabaikan gejala ini. Memang, tanda asam urat bisa hilang dengan sendirinya, namun tidak menutup kemungkinan di waktu tertentu akan timbul kembali gejala ini. 

Maka dari itu, mulai periksakan ke dokter jika persendian Anda mulai terasa sakit dan mengganggu aktivitas, meskipun sudah menghilang sejak lama. 

Baca juga: Mengenal Artroskopi, Pemeriksaan Penting untuk Kesehatan Sendi

5. Demam dan Menggigil

Demam, menggigil, tubuh lemas luar biasa seperti Anda terkena flu menjadi gejala awal asam urat pada umumnya. Nah, kristal asam urat yang menumpuk akan melepas protein sitokin. 

Sitokin berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh. Apabila sitokin terlepas, dampaknya daya tahan tubuh menurun diikuti dengan radang sendi. Demam dan menggigil sendiri untuk melawan infeksi dan menaikkan suhu tubuh. 

6. Adanya Benjolan yang Membengkak

Ilustrasi benjolan karena asam urat (sumber: westchesterfeet.com)

Kristal asam urat yang membengkak dan tidak diobati segera menyebabkan timbulnya benjolan, bisa di jempol kaki maupun bagian tubuh yang dekat dengan sendi. Benjolan ini disebut dengan tophi. 

Namun, benjolan tophi ini bisa mengecil bahkan hilang dengan pengobatan yang benar. 

7. Keluhan pada Ginjal

Asam urat menyebabkan komplikasi pada penyakit lain jika lama dibiarkan. Salah satunya batu ginjal. 

Asam urat menghasilkan kristal yang mengendap pada kaki atau persendian. Tetapi, asam urat yang parah akan mengalirkan kristal tersebut ke ginjal Anda, sehingga menumpuk sebagai batu ginjal.

Sahabat MIKA tidak perlu khawatir, untuk mengeluarkan batu ginjal akibat asam urat, Mitra Keluarga menyediakan layanan ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) dan PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy). Kedua prosedur ini memiliki metode yang berbeda untuk penanganan batu ginjal, disesuaikan berdasarkan tingkat keparahan. 

Mengenai keluhan pada ginjal, simak video TERKA (Tanya Dokter MIKA) berikut ini bersama dr. Issac Ardianson, Sp.U dari Mitra Keluarga Kalideres.

Cara Mengatasi Asam Urat

Asam urat memang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun, Sahabat MIKA tidak perlu terlalu khawatir karena penyakit ini dapat disembuhkan. Caranya, dengan pengobatan rutin dan menerapkan gaya hidup sehat.

Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan di rumah untuk mengatasi asam urat:

  • Banyak minum air mineral
  • Kompres es pada sendi menderita asam urat
  • Beristirahat dengan posisi kaki diangkat dan disangga oleh bantal
  • Hindari makanan yang dapat memicu asam urat
  • Hindari minuman beralkohol
  • Konsumsi makanan yang rendah purin (contoh: pasta, buah yang mengandung vitamin C, gandum, dan lain-lain)
  • Minum minuman yang rendah purin (susu tanpa lemak, yogurt, jus buah yang mengandung vitamin C)

 

Lalu, jika hendak mengonsumsi obat, Anda harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu. Biasanya, dokter akan merekomendasikan beberapa obat berikut:

  • Allopurinol
  • Colchicine
  • Febuxostat
  • Lesinurad
  • Probenecid

Sebagai catatan, tidak semua pasien dengan penyakit asam urat akan diresepkan obat ini. Dokter akan mempertimbangkan berbagai aspek sebelum meresepkan obat.


Bersumber dari : https://www.mitrakeluarga.com/artikel/ciri-ciri-asam-urat




FAM (Fibroadenoma Mammae) - Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

    



 Fibroadenoma mammae atau FAM adalah jenis tumor jinak yang terbentuk di payudara. Kondisi ini sering kali dialami oleh wanita di usia produktif (15-35 tahun). FAM ditandai dengan munculnya benjolan kecil di salah satu atau kedua payudara.

    FAM berasal dari fibroadenoma yang tidak berbahaya, sehingga tidak bersifat ganas seperti halnya kanker payudara. Meski begitu, kondisi ini tetap perlu diwaspadai. Simak ulasan di bawah ini untuk mengetahui penyebab, gejala, dan pengobatan FAM.

Apa itu FAM (Fibroadenoma Mammae)?

Fibroadenoma mammae atau FAM adalah jenis tumor jinak (non-kanker) yang tumbuh di dalam payudara dan ditandai dengan munculnya benjolan pada payudara. Benjolan ini berasal dari kelenjar susu dan jaringan ikat di sekitarnya.

Banyak yang berpikir bahwa benjolan pada payudara merupakan tanda kondisi serius, seperti kanker payudara. Faktanya, tidak semua benjolan termasuk dalam tumor ganas, salah satunya FAM.

Benjolan yang muncul akibat FAM dapat tumbuh sangat lambat, mengecil, atau pun menghilang dengan sendirinya.Umumnya FAM tidak menyebar pada organ lain, melainkan hanya berada di dalam jaringan payudara. Benjolan ini dapat dirasakan secara jelas oleh penderita FAM ketika melakukan pemeriksaan mandiri.

FAM adalah kondisi yang cukup umum terjadi pada wanita di seluruh dunia. FAM dapat terjadi pada wanita di rentang usia berapa pun, namun lebih sering dialami oleh wanita berusia di bawah 30 tahun.


Jenis-Jenis FAM :

 Berdasarkan tipe benjolannya, FAM terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Simple Fibroadenoma

Simple fibroadenoma atau benjolan sederhana merupakan jenis yang paling umum terjadi, terutama pada wanita usia muda. Ukuran jaringan ini tidak akan bertambah besar dan akan selalu sama.

2. Complex Fibroadenoma

 Complex fibroadenoma biasanya membutuhkan tes diagnosis khusus untuk memastikan penyebabnya. Jenis benjolan ini mudah membesar dan mengalami perubahan, seperti pertumbuhan sel-sel (hiperplasia) yang begitu cepat. Complex fibroadenoma sering terjadi pada wanita lanjut usia.

3. Juvenile Fibroadenoma

 Juvenile fibroadenoma cenderung terjadi pada perempuan remaja dengan rentang usia 10-18 tahun. Tipe benjolan ini dapat membesar, namun umumnya akan mengecil dan hilang seiring berjalannya waktu.

4. Giant Fibroadenoma

 Ukuran benjolan pada giant fibroadenoma dapat membesar hingga 5 cm. Itulah mengapa dibutuhkan prosedur operasi pengangkatan benjolan untuk menangani kondisi ini.


 Penyebab FAM :

 Penyebab FAM belum diketahui secara pasti. Terdapat dugaan bahwa kondisi ini berkaitan dengan aktivitas hormon estrogen. Hal ini dikarenakan FAM adalah kondisi yang sering dialami oleh wanita di usia produktif.

FAM dapat terjadi pada siapa saja. Namun, beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko wanita mengalami FAM adalah sebagai berikut:

1. Sedang hamil.

2. Berusia 15-35 tahun.

3. Mengonsumsi pil KB sebelum usia 20 tahun.

4. Menjalani terapi penggantian hormon.

5. Memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara.

6. Menyusui.

 

Gejala FAM :

 FAM terkadang tidak memunculkan gejala, sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya. Biasanya benjolan FAM baru disadari ketika penderita melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) atau menjalani pemeriksaan USG.

Gejala umum pada FAM adalah munculnya benjolan pada salah satu atau kedua payudara dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Terasa padat dan kenyal.

2. Berdiameter 1-5 cm.

3. Tidak terasa nyeri.

4. Mudah digerakkan dan berpindah-pindah.

5. Berbentuk bundar dengan tepi benjolan yang mudah dirasakan.

     

Meski tidak menimbulkan rasa nyeri dalam kondisi normal, benjolan bisa saja terasa nyeri ketika penderita memasuki periode menstruasi. Ukuran benjolan juga dapat membesar saat sedang hamil atau menyusui namun dapat mengecil ketika memasuki masa menopause.


Diagnosis FAM : 

 Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan anamnesis terkait gejala yang dialami pasien. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dengan melihat ukuran, bentuk, warna, dan tekstur payudara.

Untuk mendukung penegakkan diagnosis, dokter akan merekomendasikan pasien menjalani beberapa tes penunjang seperti:

1. Tes pencitraan USG dan mammografi: Tujuannya untuk mendeteksi keberadaan dan ukuran benjolan pada payudara secara lebih jelas.

2. Biopsi: Mengambil sampel benjolan di payudara menggunakan jarum halus untuk diuji di laboratorium, sehingga bisa diketahui ada atau tidaknya sel kanker.

 

Pengobatan FAM :

FAM adalah kondisi yang bisa menyusut atau menghilang dengan sendirinya. Pasien FAM membutuhkan prosedur operasi hanya jika ukuran benjolan semakin membesar atau berpotensi berkembang menjadi kanker.

Terdapat dua prosedur pengangkatan fibroadenoma yang biasa dilakukan oleh dokter, yaitu:

- Lumpektomi: Bertujuan mengangkat benjolan di payudara.

- Krioterapi: Bertujuan membekukan dan menghancurkan jaringan fibroadenoma.


Pencegahan FAM :

Meskipun FAM adalah kondisi yang sering terjadi dan umumnya tidak membahayakan, namun Anda tetap perlu waspada. Karenanya, akan lebih baik jika Anda melakukan upaya pencegahan sejak dini, dengan cara:

Rutin menerapkan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk memeriksa tanda-tanda pertumbuhan benjolan di payudara.

Menjalani gaya hidup sehat, seperti rutin berolahraga, menghindari rokok dan alkohol berlebih, dan mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.

 

Selain menerapkan beberapa upaya di atas, langkah pencegahan yang tak kalah penting adalah melakukan pemeriksaan rutin di rumah sakit. Apabila mengalami gejala yang tidak biasa pada payudara, Anda dapat mengunjungi Siloam Hospitals untuk menjalani Skrining Kanker Payudara secara menyeluruh.


Bersumber dari : https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-fam





Stunting

 


Deskripsi

Stunting merupakan suatu keadaan di mana tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata untuk usianya karena kekurangan nutrisi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada ibu selama kehamilan atau pada anak saat sedang dalam masa pertumbuhan.

Pengertian

Stunting adalah  masalah  kurang  gizi  kronis  yang  disebabkan  oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan  kebutuhan  gizi. Stunting dapat  terjadi  mulai  janin  masih  dalam  kandungan  dan  baru nampak  saat  anak  berusia  dua  tahun (Kementerian  Kesehatan  Republik  Indonesia,  2016). Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK tidak hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, tetapi juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan saat ini dan produktivitas anak di masa dewasanya.

Penyebab

Stunting terkait dengan banyak penyebab, antara lain aktor asupan gizi ibu dan anak, status kesehatan balita, ketahanan pangan, lingkungan sosial dan kesehatan, lingkungan pemukiman, kemiskinan, dan lain-lain (UNICEF, 2013; WHO, 2013).

Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Penyebabnya karena rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani. Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup baik. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.

Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.

Diagnosis

Diagnosis stunting pertama-tama dilakukan dengan melakukan tanya jawab oleh petugas kesehatan seputaran asupan makan anak, riwayat pemberian ASI, riwayat kehamilan dan persalinan, serta lingkungan tempat tinggal anak. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan fisik berupa mengukur panjang atau tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan lingkar lengan anak. Seorang anak dapat di diagnosis stunting bila tinggi badannya berada di bawah garis merah (-2 SD) berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.

Pencegahan 

Stunting pada anak akan berlanjut hingga ia beranjak usia dewasa. Jadi sebelum stunting memberikan dampak pada tumbuh dan kembang anak secara menyeluruh, maka stunting harus dicegah. Upaya yang bisa dilakukan untuk pencegahan stunting yaitu : 

  • Pemberian pola asuh yang tepat

  • Memberikan MPASI yang optimal

  • Mengobati penyakit yang dialami anak

  • Perbaikan kebersihan lingkungan

  • Menerapkan hidup bersih keluarga

Atau untuk lebih mudah mengingatnya, Stunting dapat dicegah dengan melakukan ABCDE.

A: Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD)

Konsumsi TTD bagi remaja putri 1 tablet seminggu sekali. Dan konsumsi TTD bagi ibu hamil 1 tablet setiap hari (minimal 90 tablet selama kehamilan).

B:  Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali

Periksa kehamilan minimal 6 (enam) kali, 2 (dua) kali oleh dokter menggunakan USG.

C: Cukupi konsumsi protein hewani

Konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas 6 bulan.

D: Datang ke Posyandu setiap bulan

Datang dan lakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan, serta imunisasi balita ke Posyandu setiap bulan.

E: Eksklusif ASI 6 bulan

ASI eksklusif (hanya konsumsi ASI saja) selama 6 bulan pertama, dilanjutkan hingga usia 2 tahun dengan melengkapi Makanan Pendamping ASI (MP ASI) tepat setelah berusia 6 bulan.

Pengobatan

Penanganan stunting dapat meliputi pengobatan penyakit penyebabnya, perbaikan nutrisi, pemberian suplemen, serta penerapan pola hidup bersih dan sehat. Yang dapat dilakukan adalah:

  • Mengobati penyakit yang mendasari, misalnya memberikan obat-obatan antituberkulosis bila anak menderita TBC

  • Memberikan nutrisi tambahan, berupa makanan yang kaya protein hewani, lemak, dan kalori

  • Memberikan suplemen, berupa vitamin A, zinc, zat besi, kalsium dan yodium

  • Menyarankan keluarga untuk memperbaiki sanitasi dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), guna mencapai keluarga yang sehat.


Bersumber dari : https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/defisiensi-nutrisi/stunting


Apa yang Terjadi pada Tubuh Ibu Selama Masa Nifas?

Se telah melalui kehamilan dan melahirkan bayi, artinya sekarang ibu sudah berada pada masa nifas. Bagi Anda yang baru pertama kali atau su...